News

Apa Yang Diinginkan Media Dari PR Di Era Baru & Saat Krisis?

Jakarta, 23 Juli 2021 – Media massa memiliki peran krusial terutama di masa pandemi saat ini. Munculnya informasi dan meningkatnya berita hoax di situasi saat ini cukup memprihatinkan. Permasalahan ini telah memecah belah opini publik dan mengakibatkan kesimpangsiuran informasi. Dengan permasalahan tersebut, Perhumas kembali mengadakan Webinar #IndonesiaBicaraBaik. Webinar kali ini mengangkat tema “What Media Wants From PR in the New Era & During Crisis”, dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang berkompeten di bidang media.

Webinar ini diawali dengan Opening Remarks oleh Boy Kelana Soebroto selaku Wakil Ketua Umum III Perhumas Indonesia dan dilanjutkan dengan diskusi bersama pembicara dari berbagai latar belakang di bidang media, antara lain Don Bosco Selamun, selaku Presiden Direktur Metro TV, Maria Benyamin, selaku Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia, Tri Agung Tristanto, selaku Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, dan Arifin Ashydad, selaku Pemimpin Redaksi Kumparan.

Diskusi membahas tentang bagaimana dan apa yang diinginkan media terhadap PR di new era dengan situasi krisis pandemi. Media massa saat ini menjadi pilihan yang banyak digunakan oleh masyarakat. Maka dari itu dibutuhkan strategi paling tepat dalam mengemas dan menyampaikan pemberitaan di media massa. Peran PR saat ini sangat dibutuhkan oleh media sebagai komunikator publik dalam menangani maraknya pemberitaan hoax di media massa.

Di masa krisis saat ini kita dihadapkan oleh pemberitaan hoax yang luar biasa. Don Bosco Selamun, Presiden Direktur Metro TV menyampaikan bahwa Media dan PR memiliki perjuangan yang sama untuk menjadi clearing house, dengan dapat memberikan informasi yang bersifat pengharapan karena di tengah situasi yang tidak pasti, masyarakat membutuhkan optimisme. Dari sisi new era saat ini, masyarakat sudah dihadapkan era audio dan visual. Maka cara berfikir sudah harus di ubah, dari yang cetak menjadi visual dan dari yang tertulis menjadi gambar.

Praktisi PR di tuntut untuk berinovasi dalam kondisi saat ini agar situasi pandemi dapat terkendali. Praktisi PR pun perlu memahami situasi ini untuk mengubah cara kerjanya menjadi online. Meskipun dapat berpotensi distorsi, maka PR dapat memberikan materi yang komprehensif sehingga bisa meminimalisir distorsi tersebut. Maria Benyamin, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia mengatakan bahwa Praktisi PR harus dapat bertindak dan merespon cepat dengan situasi yang terjadi dan mengambil sikap yang tepat dalam new era di tengah krisis pandemi.

Diskusi selanjutnya disampaikan Tri Agung Tristanto, selaku Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, bahwa media harus dapat menyampaikan fakta dalam memberikan informasi, dimana pada dasarnya fakta tersebut adalah kebenaran. Maka dari itu PR memiliki peran untuk memberikan informasi yang sesuai fakta dan kebenarannya, dengan menekankan clearing house yakni harus bersih dan tidak memperkeruh keadaan. Di new era saat ini, PR harus memiliki hubungan yang baik dengan media, tidak hanya berinteraksi dalam soal pekerjaan, tetapi harus tetap menjaga hubungan antar kemanusiaan.

Di akhir diskusi, Arifin Ashydad, selaku Pemimpin Redaksi Kumparan berpesan bahwa PR dan media harus bekerja sama dan saling mendukung dalam memberikan informasi yang kredibel. Munculnya pemberitaan hoax terjadi karena tidak adanya pertanggungjawaban, media yang kredibel memiliki pertanggungjawaban dalam menyebarkan informasi di media massa. Maka PR perlu memetakan media-media yang kredibel sebagai bentuk dukungan terhadap jurnalisme yang baik, dengan memberikan berita yang objektif.