News

A Whole New World of Public Relations

Jakarta, 27 Mei 2021 – Untuk lebih mengenal audience, praktisi PR dituntut berkolaborasi dengan berbagai pihak hingga memanfaatkan teknologi Artificial Inteligence (AI).

Perkembangan teknologi telah menciptakan dunia baru dalam kegiatan public relation (PR) atau humas. Karena itu praktisi PR harus beradaptasi dengan situasi yang ada, kalau tidak PR akan mati dan tidak berguna.

Agung Laksamana, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya dunia baru dalam PR. Yang pertama, perilaku masyarakat yang mobile dan multitasking membuat masyarakat sebagai audience menjadi terlalu cepat berubah fokus. Bahkan menurutnya, saat ini masyarakat hanya bisa fokus paling lama 8 detik.

Faktor berikutnya adalah pesatnya perkembangan teknologi digital yang menumbuhkan media digital dan media sosial, membuat peredaran informasi menjadi sangat banyak yang dapat diterima oleh audience. Dalam satu menit, ada lebih dari 4,7 juta konten youtube, 1,3 juta konten facebook, 694 ribu konten instagram, 59 juta konten messenger. Bahkan PR saat ini juga harus bersaing dengan artificial inteligence yang bisa merekomendasikan hal tertentu kepada audience. Semua itu menjadi gangguan atau disrupsi terhadap kegiatan PR.

Karena itu, lanjut Agung, Praktisi PR harus melakukan beberapa hal berikut. Pertama, adaptasi, praktisi PR harus memanfaatkan beragam platform yang ada, mulai dari yang sangat konvensional seperti baliho dan billboard, membuat artikel, memanfaatkan website, hingga platform media sosial seperti Facebook, Youtube, Instragram, dan lainnya.

Selain itu praktisi PR juga harus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk lebih mengenal audience. Kolaborasi dapat dilakukan dengan berbagai stakeholders, mulai dari karyawan, customer, supplier, investor, pemerintah hingga komunitas. Bahkan brand atau perusahaan juga dapat memanfaatkan teknologi Artificial Inteligence (AI).

Selanjutnya, praktisi PR juga harus kreatif dan inovatif dalam membuat konten. Perlu diketahui, bawa audience saat ini hanya bisa fokus dalam 8 detik, karena itu konten selain harus menarik juga pesannya dapat tersampaikan dalam waktu 8 detik. Bagaimana konten dapat menarik perhatian audience, tentu saja harus menarik, seperti menggunakan gambar yang bagus, infografik yang mudah dipahami, ataupun konten artikel yang menarik.

Dan yang paling penting adalah manfaat (value proporsition) yang ditawarkan. Menurut Agung, saat ini masyarakat sedang concern pada aspek kebersihan, kesehatan, keamanan. Konten seperti itu yang harus di-push oleh brand. Sebagai contoh, Unifam sebagai produsen FMCG melalukan strategi menarik yakni dengan menghadirkan produk-produk yang dikaitkan dengan kesehatan seperti salah satu produknya Lemonilo yang diklaim sebagai mie yang menyehatkan. Dengan produk tersebut, produk FMCG yang rata-rata turun permintaannya, Unifam justru naik 18%.

Selain itu praktisi PR juga dapat melakukan personalisasi konten. Dengan personalisasi tentu akan lebih efektif karena menyasar audience yang tentunya sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan personalisasi audience juga merasa lebih diperhatikan, sehingga lebih berpotensi untuk meluangkan waktu untuk melihat konten.

“Jadi kuncinya adalah tiga hal, adopt, adapt dan adept. Ini yang jadi mantra humas di era normalitas, yaitu adopt kondisi saat ini, adapt dengan inovasi, dan adept atau mahir expert dan canggih. Selamat datang di a whole new world of public relation,” tutup Agung. (*)

*Artikel dimuat dalam ANNUAL BRAND ACHIEVEMENT REPORT INDONESIA BRAND CHAMPIONS 2021, ditulis oleh Agus Aryanto