News

Perhumas Talks #2: Navigating the Metaverse Public Relations Strategies for Immersive Technologies

Jakarta, 8 Maret 2023 – PERHUMAS membawa topik baru mengenai public relations melalui “Perhumas Talks #2”. PERHUMAS melihat digitalisasi sebagai salah satu faktor perubahan cara berkomunikasi dalam zaman modern, dan oleh karena itu perlu adanya penyesuaian public relations dengan perkembangan teknologi. Dengan mengundang dua narasumber, yakni Jeffin Andria Prabowo selaku Project Manager Assemblr dan Aqsath Rasyid Naradhipa selaku CEO NoLimit Indonesia, PERHUMAS bersama dengan peserta lainnya menggali lebih dalam potensi public relations dalam metaverse.

Metaverse, sebagai salah satu karya perkembangan teknologi, dapat menjadi suatu media dimana public relations juga bisa berkembang. Hal ini dikarenakan banyak terjadi pertukaran informasi dan bahkan metaverse mempunyai peluang yang besar dalam beberapa bisnis dan oleh karena itu, PR membutuhkan kesiapan dalam memfasilitasikan kegiatan-kegiatan tersebut.

Sebagai narasumber pertama, Jeffin menjelaskan dahulu kepada peserta mengenai metaverse. Ada beberapa hal yang dapat ditangkap dari penjelasan Jeffin mengenai metaverse. Pertama, adalah metaverse merupakan sebuah media yang umum dan luas. Hal tersebut membuat sebuah masalah mengenai kurangnya fokus dalam mengembangkan satu hal saja, dan oleh karena itu terdapat banyak bug atau issues. Kedua, Jeffin menjelaskan pentingnya fleksibilitas metaverse dimana patutnya ada lingkungan berkomunikasi yang nyaman, agar public relations dapat mempunyai sebuah fondasi untuk berkembang. Selanjutnya, dijelaskan bahwa terdapat banyak orang yang belum mendalami pengetahuan mereka mengenai metaverse, dan maka dari itu, susah untuk menarik banyak audience. Ditambah pula dengan fakta bahwa metaverse sedang dikembangkan dengan tujuan menjadi replica dunia nyata, padahal lebih baik dijadikan sebagai sebuah add-on. Jika metaverse menjadi sebuah replica, maka pengguna akan cepat bosan terhadap metaverse dan value metaverse akan menurun. Ketiga, Jeffin menjelaskan bagaimana public relations dapat berkolaborasi dengan metaverse untuk berkembang seperti melalui pembuatan space untuk branding, mewujudkan ide klien dengan lebih mudah, dan membuat berbagai macam event melalui space metaverse.

Saat narasumber kedua, Aqsath mulai menjelaskan lebih dalam tentang bagaimana public relations dapat berkembang melalui metaverse. Pertama, Aqsath menjelaskan tentang adanya sebuah shift yang mencakup tiga hal, yakni:

  1. Generational shift. Adanya sebuah pergantian generasi yang juga menghasilkan gap dalam pengetahuan teknologi.
  2. Media shift. Perubahan aplikasi yang digunakan sebuah generasi, sebagai contoh adalah facebook yang sering dipakai Gen X menjadi Instagram yang sering dipakai Gen Z dan Millennial.
  3. Complaint shift. Transisi platform untuk berbagi suka dan duka seorang individu telah berubah dan sering dijumpa di media sosial.

Kedua, Aqsath berbicara tentang pentingnya ada penyesuaian skill set seorang PR dalam zaman ini. Dari kemampuan yang sudah ada dan sudah dilakukan sejak mulainya PR Indonesia, dikembangkan dan disesuaikan lagi dengan perkembangan teknologi Indonesia. Selanjutnya, ada pembahasan mengenai masalah yang harus diselesaikan dahulu sebelum adanya promosi metaverse secara intensif, yakni psychology (cara seorang individu memandang metaverse, opini mereka mengenai metaverse, dst.), ethics (adanya sebuah gap dalam regulasi dan moral saat menggunakan metaverse yang harus dijelaskan dahulu), dan privacy (tentunya data pribadi akan selalu menjadi sebuah perhatian bagi seorang pengguna, dan oleh karena itu patutnya jika ingin mempunyai space metaverse, masalah tersebut harus diselesaikan dahulu). Terakhir, Aqsath mulai menjelaskan beberapa kemampuan penting yang seorang PR harus miliki pada zaman ini, yakni digital awareness (mengetahui seluk-beluk teknologi dan segala karyanya agar dapat menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kesempatan dalam mengembangkan public relations), strategic communication (mempunyai tujuan yang jelas karea sudah mengerti apa yang ingin dilakukan dalam space metaverse yang ada), dan evaluation & measurement (seorang PR harus bisa menyesuaikan budget yang ada dengan perkiraan impact yang dapat dihasilkan dari space metaverse yang dimiliki).

Setelah adanya penjelasan mengenai metaverse dan bagiamana public relations dapat berkembang, di puncak acara terdapat sesi tanya jawab antar narasumber dan peserta yang dibantu oleh moderator dari Perhumas, Dr. Dian Agustine Nuriman, selaku Ketua Bidang Pelatihan Kehumasan PERHUMAS.

Peserta terpilih pertama bertanya kepada Jeffin mengenai masalah target audience. Dengan mencontohkan Minecraft, sebuah game populer dimana para pengguna dapat berkarya dengan bebas, Jeffin menjawab bahwa lebih baik jika sebuah brand mengetahu terdahulu tentang apa yang ingin dikembangkan, dan setelah tujuannya jelas, maka pemain akan datang sendiri tanpa pandang usia. Jika ingin dispesifikan lagi usia sasaran pasarnya, hal tersebut bisa dilakukan setelahnya.

Peserta terpilih lainnya bertanya kepada Aqsath tentang cara meyakinkan seorang individu untuk terjun ke dunia virtual. Aqsath menjawab bahwa untuk meyakinkan seseorang tentunya perlu ada sebuah kejelasan, dan metaverse tidak beda dengan itu. Harus ada sebuah objektif yang jelas layaknya saat seorang individu men-download aplikasi dengan keinginan untuk merealisasikan tujuannya.

Pada akhir acara, para narasumber menyampaikan closing statement mereka, yang pertama dari Jeffin, “Metaverse tidak jauh dari social media, sebagai sebuah virtual world. Kita harus be the first, dimana meskipun banyak orang sudah tau metaverse, kita bisa melakukan sebuah terobosan,” dan kedua dari Aqsath, “Dengan perkembangan teknologi yang pesat, diperlukan bagi seorang PR untuk juga terus berkembang dan paling penting adalah bagaimana yang kita lakukan dapat menghasilkan sebuah dampak terhadap brand kita.”

Dapat disimpulkan bahwa dengan ini tentunya public relations dapat dan akan terus berkembang jika kita menggunakan metaverse dengan efektif karena kita dapat menciptakan sebuah image yang creative and fun untuk perusahaan kita. Selalu ingat, “be creative with technology and be the first!”