News

Navigating Change: Major Trends Impacting Communications In Asia And Globally

Jakarta, 16 Juli 2019 – Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) menggelar acara bertajuk PERHUMAS Afternoon Talk. Bertempat di Marcentile Athletic Club, Jakarta, para praktisi humas dari berbagai bidang kembali bertemu.

Dalam diskusi sore tersebut, PERHUMAS mengundang Darren Burns, Vice Chair, Asia Pacific, Weber Shandwick dan Taufiq Rahman, Deputy Chief Editor, The Jakarta Post untuk berbagi pandangan dan diskusi mengenai topik utama Navigating Change: Major Trends Impacting Communications In Asia And Globally.

Pada era digital media massa harus bertransformasi melakukan konvergensi media dalam aktifitasnya. “Melemahnya media cetak bahkan penyiaran membuat banyak media bertransformasi. Dalam era digital ini kita harus menjunjung kualitas konten dalam setiap pemberitaan.” ujar Taufiq Rahman, Deputy Chief Editor, The Jakarta Post.

Dewasa kini, seiring dengan maraknya penggunaan media sosial oleh publik telah mengubah cara publik mendapatkan informasi. Publik sekarang lebih menjadikan media sosial sebagai sumber informasi. Konten informasi pun di dominasi oleh facebook, google, instagram dll.

Hal tersebut membuat banyak media mainstream mengalami krisis. Padahal sejatinya media harus menjadi sumber informasi yang dipercaya oleh masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Fenomena saat ini juga membuktikan betapa pentingnya media mainstream sebagai sumber informasi publik. Dimana saat ini informasi yang tersebar di ranah publik menjadi sangat banyak, saking banyaknya berita yang sesungguhnya malah bertumpukan dengan hoaks yang tersebar.

Hal ini juga tidak terlepas dari ketertarikan publik dalam sebuah berita yang ikut berubah. Saat ini publik lebih tertarik dengan berita yang bersifat pandangan, opini, dan sedikit terkait berita yang sebenarnya ingin disampaikan.

Untuk memperkuat jurnalisme, The Jakarta Post melakukan konvergensi media. Dengan mengedepankan kualitas konten, The Jakarta Post merubah pendekatan dalam menyampaikan berita, dengan merubah news menjadi konten (text, video, graphics, social media).

Pada diskusi selanjutnya, dalam pemaparannya Darren Burns menyampaikan bahwa kita saat ini sedang berada dalam V.U.C.A. World (Volatility, Uncertainty, Complexity and Ambiguity). Semua orang pasti merasakan hal ini, rasa tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan ambigu baik secara langsung maupun tidak hal tersebut tengah kita alami.

Namun sesungguhnya apabila kita dapat memahami VUCA, maka kita dapat memahami konteks dimana organisasi melihat keadaan mereka saat ini dan masa depan. Dengan memahaminya kita dapat membuat keputusan, merencanakan masa depan, mengelola risiko, mendorong perubahan dan memecahkan masalah.

Darren merujuk pada contoh dimana saat ini influencer sangat berpengaruh pada bisnis anda. Satu komentar baik atau buruk mengenai produk atau bisnis anda, hal itu akan mempengaruhi prilaku publik. Contoh Kylie Jenner dengan Snapchat atau Elon Musk dengan Tweet-nya, sama-sama berimplikasi pada kondisi saham Snapchat dan Tesla.

Media berubah, 47% dari mereka yang menemukan berita melalui media sosial, dapat menyebutkan organisasi berita yang menerbitkannya, 67% dapat mengingat platform sosial tempat mereka melihatnya. Sementara informasi yang viral di publik sangat ditentukan oleh jumlah likes, dislike dan views. Kemudian dengan kecanggihan teknologi sekarang, kita sudah bisa membuat influencer dengan menggunakan VR dan AI.

Marketing pun berubah, 47% anggaran media dihabiskan untuk aktivasi penjualan, 64% marketing menggunakan tim internal, bertambah 52% dibandingkan satu dekade lalu.

Komunikasi pun berubah, menginterupsi pesan menjadi lebih sulit, semua orang adalah media, internal adalah eksternal, konten pun bersaing. Publik tidak tertarik lagi pada iklan anda, tetapi publik lebih menghargai pendekatan yang lebih bermakna.

“To respond to these waves of change: Our skills are more relevant than ever-the ability to earn attention, to shape the conversation, to engage multiple, complex sets of stakeholders but those skills are now turbo charged by data, performance marketing, and by our ability to build digital products and services.” ujar Darren Burns, Vice Chair, Asia Pacific, Weber Shandwick.

Ini adalah era dimana meraih atensi publik menjadi sebuah komoditas. Meraih perhatian publik, menjalin hubungan dengan media, keterlibatan pemangku kepentingan, teknologi digabungkan dengan data, sosial, digital, dan konten adalah formula yang wajib dijalankan praktisi PR saat ini. Dengan menjalankan hal tersebut diharapkan akan meraih dampak dalam sekala besar dalam program kerja PR anda.

Kuncinya adalah buatlah program yang nyata, relevan, kreatif, kredibel dengan melibatkan stakeholder terkait dan menunjukan komitmen atau itikad baik perusahaan. Buatlah program yang mudah dikenang dengan konteks yang tepat dan mengangkat kearifan atau budaya lokal, dengan begitu maka kegiatan tersebut layak untuk diberitakan. Program tersebut akan sangat berarti bagi pimpinan karena memiliki relevansi dengan bisnis, ikut mendorong penjualan dan dapat diukur. (FA)