News

Humas Perguruan Tinggi Menyikapi Era New Normal

Jakarta, 10 September 2020 – Era normal baru di tengah Covid-19 saat ini, segala bentuk komunikasi dilakukan secara virtual. Digital saat ini menuntut seluruh masyarakat untuk berkolaborasi dan menjalin komunikasi secara virtual. Kolaborasi virtual kali ini diadakan Badan Pengurus Cabang PERHUMAS Palembang dengan topik “Humas Perguruan Tinggi Menyikapi Era New Normal”.

Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS, yang juga seorang praktisi humas, dalam webinar kali ini mengusung tema “The Road Ahead” pada kesempatan ini, ia menekankan pada apa saja yang menjadi tantangan bagi para praktisi humas dalam menghadapi era normal baru saat ini.

Masih dengan selogan yang sama yaitu 3A (Adopt, Adapt, Adept) Agung berpendapat bahwa praktisi PR saat ini harus Adopt terhadap perubahan yang ada, kemudian Adapt terhadap strategi dan mahir mengenai perubahan yang kita lalui saat ini, sehingga mampu Adept dengan normal baru.

“Tantangannya saat ini bagi para praktisi kehumasan adalah, masyarakat itu berfikir bahwa humas hanya seorang media relations, hubungan yang terjalin, komunikasi yang terjalin hanya dengan media. Padahal yang dilakukan humas lebih dari itu, ada internal comms, public affairs, content marketing dan reputation management. Sehingga terjadi kesalahan persepsi bahwa selama ini humas hanya membangun hubungan dengan media saja.” jelas Agung.

Berbicara jenjang karir para praktisi PR, terdapat tiga level karir yang berbeda di antaranya technician, manager, dan strategist. Saat ini yang paling diinginkan dan dicari oleh para CEO dan perusahaan adalah jenjang karir PR dalam bidang strategist, di mana mereka dianggap dapat memberikan heads up issue yang ada di luar perusahaan dan seperti apa tanggapan masyarakat, sehingga ada dampak kepada bisnis dan stakeholders perusahaan.

“Saya pernah tanya kepada para CEO, apa sebenarnya yang diinginkan dan diharapkan dari praktisi PR, ternyata banyak hal yang diinginkan oleh mereka, mereka beranggapan bahwa komunikasi humas tidak retail oriented, sehingga solusinya tidak berdampak pada critical problem.” ungkap Agung.

“Humas ini terlalu egosektoral, tendensi seorang PR lebih kepada reaktif tidak proaktif. PR dianggap hanya sebagai firefighter saja, hanya technical levelnya saja.” sambungnya.

Mengikuti jejak pemikiran global Amerika dan India, PR di Indonesia era saat ini diminta untuk proaktif, transparan dan terbuka dalam menjelaskan isu kepada masyarakat dan memiliki agenda setting yang benar. Selain pemikiran dan tindakan yang harus diubah, sikap kolaborasi di era normal baru saat ini perlu dilakukan, para praktisi PR tidak diperbolehkan untuk bersikap egosektoral, fast and accurate response harus dilakukan secara cepat sekaligus memberi informasi yang akurat dan melakukan engagement kepada seluruh publik.

Ada hal-hal yang dibutuhkan para praktisi PR saat ini yang adaptif bagi dunia PR itu sendiri. Di mana terdapat adaptive curriculum dalam penerapan tugas seorang PR. Di antaranya business management, basic finance, finance for non-finance, dan business writing. Agung berpendapat bahwa praktisi PR sudah pasti harus bisa menulis, business writing is a must. Tetapi dalam menulis di lingkup bisnis, seorang PR harus mampu menulis dengan cara bisnis.

Selain itu creative solution dalam era normal baru juga sangat diperlukan, di mana saat ini Pemerintah ingin mengembangkan dunia digital yang lebih luar biasa lagi. Kompetisi skill dan talent yang sangat diperlukan dalam dunia digital. Dunia akademisi juga harus berubah, update dengan kurikulumnya. Kemudian PR sudah jelas harus memiliki kemampuan public speaking yang baik, presentational skill, bagaimana menjual konsep, menjual ide kepada publik dan calon investor.

Dalam bisnis perusahaan yang dijalankan dan dilakukan praktisi PR, yang diinginkan perusahaan adalah kolaborasi antara PR marketing dan advertising. Kolaborasi yang membaur antara fungsi PR marketing dan advertising.

“Yang penting untuk dipertahankan praktisi PR adalah know the business well, seperti apa bisnis yang saat ini sedang dilakukan, landscape-nya seperti apa. Communication skill yang dimiliki harus tinggi, digital online. Pelajari bagaimana media landscape saat ini, paid, earned, shared and owned media itu harus ada karena PR saat ini adalah producer dan publisher. PR juga harus memahami business acumen dari CEO and analytic” tutup Agung.

https://youtu.be/bM9D-f90dSE