News

Etika Komunikasi Humas Pada Lingkungan Kontemporer

Surabaya, 2 Oktober 2020 – Berkolaborasi dengan Dep. Kom Universitas Airlangga (Program Decota), Badan Pengurus Cabang (BPC) PERHUMAS Surabaya menghadirkan Kuliah Umum dengan topik Etika Komunikasi Humas Pada Lingkungan Kontemporer.

Mengundang Kristie Byrum, PhD, Faculty of College of Liberal Arts, Media, and Journalism, Bloomberg University of Pennsylvania, serta Dina Septiani, PhD, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga sebagai narasumber, dan Dr. Suko Widodo, Ketua BPC PERHUMAS Surabaya. Webinar ini dihadiri oleh mahasiswa dan praktisi dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, Filipina, dan United States.

“Pasar tidak menyukai ketidakpastian, di sinilah peran Public Relations di uji. Di masa pandemi ini, PR dituntut untuk dapat mengolah data dalam risk communication karena informasi perlu di dengar oleh publik,” ujar Kristie Byrum.

Pada webinar ini, Kristie Byrum menyebutkan fakta bahwa kepercayaan publik kepada pemerintah Amerika Serikat meningkat selama masa pandemi. Hal ini disebabkan karena harapan masyarakat bahwa pemerintah dapat memberikan keamanan dan stabilitas ekonomi. Kepercayaan kepada pemerintah daerah jauh lebih meningkat, bahkan publik tidak segan memberikan datanya untuk pengecekan lokasi dan kesehatan publik. Di sinilah komunikasi strategis amat diperlukan perannya.

Dalam diskusi tersebut Dina dan Kristie memaparkan materi seputar PR Ethics. Ada beberapa nilai-nilai etik yang harus dimiliki oleh seorang PR, yaitu fairness, independence, advocacy, honesty, expertise, dan loyalty. Kode etik PR merupakan hal yang esensial karena PR merupakan profesi yang unik dengan tujuan mencapai kesepakatan komunikasi dengan audiens.

Diskusi berkaitan dengan etika dalam profesi PR dan studi kasus yang terjadi saat ini, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Menurut Kristie, kolaborasi dengan aktor politik merupakan bagian dari solusi untuk mengatasi banyaknya informasi saat pandemi.

Trend PR yang terjadi di masa sekarang juga tidak jauh dari perkembangan teknologi. Menurut Kristie, PR tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga harus dapat menggunakan big data untuk menganalisa audiens, membuat pesan, dan mengukur pesan yang disampaikan.

Masalah lain yang turut dibahas adalah bagaimana etika PR bersinggungan dengan profesi dan kepentingan perusahaan. Menurut Dina, cara menyeimbangkan antara profesi PR dengan etika adalah bahwa selain etika, kita juga harus mempertimbangkan moralitas yang dbentuk dari kultur daerah geografis, contohnya moralitas dalam agama. PR tidak hanya memelihara reputasi perusahaan, tetapi juga reputasi diri sendiri. Sumber: s2medkom.fisip.unair.ac.id