News

ICA Regional Conference 2019: “KEGAGAPAN” Dunia atas Perkembangan Masyarakat 5.0

Nusa Dua, Bali, 15 Oktober 2019 – International Communication Association (ICA) kembali menggelar konferensi rutin berskala internasional, bertempat di Bali, Indonesia, untuk membahas perkembangan pesat teknologi digital khususnya kemajuan teknologi artificial intelligence, big data, dan internet of things yang kian pesat dan memunculkan Masyarakat 5.0 (Society 5.0), namun pada saat yang sama melahirkan kegagapan masyarakat dunia terhadap pengaruhnya yang luar biasa.

“Kemunculan Society 5.0 memang merupakan implikasi dari perkembangan pesat revolusi industry 4.0 yang telah mengubah tatanan industry konvensional ke digital secara eksponensial. Tidak saja mengubah apa yang normal menjadi new normal tetapi juga mengubah siapa kita. Kondisi ini memunculkan kegagapan pada masyarakat dunia terhadap kondisi tersebut, khususnya pertanyaan kemana arah masyarakat kita ini di masa depan,” kata Ketua Steering Committee ICA Regional Conference 2019 Dr. Dorien Kartikawangi di Nusa Dua, Bali, Rabu (15/10).

Ia mengatakan, pengaruhnya yang luar biasa sudah terlihat lihat dan kita rasakan di tengah-tengah kehidupan masyarakat baik positif ,maupun negatif. Mulai dari perubahan cepat di sektor pendidikan, ekonomi, komunikasi, bisnis, dan dunia medis hingga sektor transportasi.

“Namun pada saat yang sama sisi negative juga membayangi dengan amat kuat. Contohnya keberadaan Bioteknologi yang melanggar etika, Artificial Intelligence (AI) menyebabkan kehilangan pekerjaan, Sosmed yang menyebabkan Cyber Bullying dan berita-berita menghasut, bahkan Organisasi bisa mati karena gagal beradaptasi, dan meluasnya Cybercrime di dunia,” katanya.

Konferensi komunikasi internasional kali ini mengusung tema “Searching for the Next Level of Human Communication: Human, Social, and Neuro (Society 5.0) dan akan membahas sejauh mana tantangan, resiko dan peluang yang muncul bisa disikapi dengan baik oleh masyarakat dunia, tidak saja di negara-negara barat, tetapi juga masyarakat di belahan timur dunia.

Hal ini penting untuk diketahui bersama, mengingat globalisasi selain menghubung dan mendekatkan kalangan masyarakat di berbagai belahan dunia, namun juga melahirkan ketidakpastian yang besar. Bagaimana masyarakat menyikapinya secara sehat dan tentunya bentuk-bentuk kerjasama (collaboration) dan pemberdayaan (empowering) apa saja yang bisa mendukung ketahanan masyarakat dunia tersebut melewati turbolance yang ada.

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Konferensi komunikasi internasional Loina Paranginangin M.Si mengatakan, konferensi nantinya akan dibuka oleh Gubernur Bali Dr.Ir. I Wayan Koster MM, dan menghadirkan keynote speech Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudi Antara, para pakar komunikasi internasional dari Amerika Serikat, Eropa (Jerman dan Belanda), China, Jepang, Korea, Australia, Filipina, Singapura, Thailand serta negara ASEAN lainnya, dan Indonesia sendiri selaku tuan rumah.

“Total jumlah peserta yang hadir tercatat sebanyak 250 orang yang tediri dari para akademisi, peneliti dan praktisi public relations serta pebisnis dari bebagai negara,” kata Loina.

Adapun pembicara asing antara lain, Prof. Terry Flew yang juga President of ICA Queensland University of Technology , Australia, Prof. Peter Monge dari University of Southern California, Prof. Janet Fulk – University of Southern California (keduanya dari USA), dan Prof. Martin Loéffelholz – Technische Universitas Ilmenau, Jerman.

Dari Asia menghadirkan Rowena Capulong Reyes, PhD – PACE, Philippines, Prof. Jantima Kheokao – ANPOR, Thailand dan Prof. Changfen Chen – APCA, China. Sementara dari Indonesia sendiri, selain pakar komunikasi juga sejumlah praktisi public relations dan pemimpin perusahaan tampil sebagai pembicara.

Kegiatan selama dua hari tersebut terbagi dalam tiga agenda utama, yaitu seminar dan kuliah ahli, serta presentasi hasil penelitian dari peserta. Seminar di hari pertama membahas “Transformational Era: Anticipating Society 5.0 for Sustainability”, sedangkan seminar di hari kedua mengulas tentang “Networking in the Era of Transformation Toward Society 5.0”.