Keputusan untuk hengkang dari perusahaan bergengsi sekelas BMW Indonesia, memang butuh keberanian tersendiri. Apalagi, kepindahannya jatuh pada perusahaan yang baru mau mulai bergerak kembali di Tanaha Air, PT Mazda Motor Indoensia. Kendati pilihan tersebut sempat dipertanyakan sejumlah kolega, Astrid Ariani Wijana tetap pada pendirian.
“Ini memang tantangan bagi saya. Apakah saya tetap berdiam pada comfort zone, atau memilih menjawab tantangan di Mazda, yang notabene tengah mencari ‘warna’. Dan, saya memilih untuk memberi ‘warna’ bagi brand Mazda,” papar Astrid, yang kini menjawab sebagai Marketing Manager PT Mazda Motor Indonesia.
Tepat September 2006, Astrid pun memilih hijrah ke Mazda. Di perusahaan asal Jepang itu, Astrid tak hanya diberi tugas membesut marketing dan komunikasi Mazda. Namun, ia juga didaulat untuk membidani lahirnya tim marketing Mazda.
Berbekal ilmu dari London School of Public Relation jurusan Marketing plus pengalaman di BMW Indonesia selama tiga tahun setengah, Astrid mulai bergerak. Positioning Mazda sebagai kendaraan ber-life style, sejatinya sejalan dengan pengalaman ibu dua anak ini ketika membesut marketing produk-produk BMW Indonesia.
“Kami juga ingin mematahkan bahwa kendaraan life style kelas mewah tidak hanya dominasi merek Eropa. Merek asal Jepang pun bisa,” ungkapnya. Toh, life style ini pulalah yang membedakan Mazda dengan brand otomotif asal Jepang lainnya. Tantangan awal yang tak kalah sulitnya adalah persepsi negatif yang telanjur nyantol di benak publik Indonesia. Kala itu, tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa Mazda mati segan, hidup tak mau.
Perlahan tapi pasti, kelahiran Jakarta 6 Oktober 1978 itu mulai membangun tim marketing sekaligus aktif menggelar aktivasi marketing. Fokus area aktivasi marketing komunikasi Mazda adalah life style. Jangna heran, jika Mazda menjadi satu-satunya brand otomotif yang yang rajin berkampanye dan berkomunikasi di arena life style.
Keputusan berani dan kerja keras ibu dari Nathan (7 tahun) dan Naeva (11 bulan) ini pun membuahkan prestasi. Selain awareness dan pencitraan sudah kembali pulih, kini kinerja penjualan Mazda pun tercatat cemerlang. Penutup tahun 2011 lalu misalnya, Mazda sanggup menjual lebih dari 9.000 unit atau tumbuh 50%. Sementara industri otomotif hanya tumbuh 19%. (Dwi)