News

Strategi Komunikasi Pariwisata Dalam Menghadapi Kehidupan Normal Baru

Jakarta, 18 Juni 2020 – Dampak paling besar dari pandemi Covid-19 adalah pada sektor pariwisata. Hal ini membuat praktisi komunikasi yang bergerak pada bidang pariwisata harus membuat penyesuaian dan mengatur kembali strategi komunikasi mereka.

Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Bali (ASPIKOM BALI) dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Bali (ISKI BALI), berkolaborasi menyelenggarakan Webinar Nasional dengan topik “Strategi Komunikasi Pariwisata Dalam Menghadapi New Normal Life”.

Hadir sebagai salah satu narasumber mewakili Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS), Dr. Dorien Kartikawangi, IAPR, Ketua Bidang Riset dan Kompetensi PERHUMAS, menyampaikan pandangannya mengenai apa yang dapat dilakukan praktisi komunikasi dalam menghadapi situasi saat ini.

Dalam paparannya Dorien menyampaikan bahwa pada sektor pariwisata, hal ini dirasakan oleh semua negara, kita bisa belajar dari negara lain bagaimana tetap menjalankan pariwisata dengan penyesuaiannya. Mari memikirkan kembali mengenai pariwisata kita, dengan sebuah pertanyaan, “apa yang Anda inginkan bagaimana orang lain melihat kita?” ajak Dorien.

Maka kita perlu melakukan rangkaian riset terlebih dahulu, baik yang sudah pernah dilakukan ataupun yang baru akan dilakukan. Dengan adanya ketidakpastian dalam pariwisata ini, melalui riset kita dapat memperkirakan dan mengukur bagaimana penerapan keamanan dalam berwisata.

Penundaan berwisata untuk wisatawan dapat menjadi pilihan strategi untuk tetap menjaga minat mereka. Sambil mengawal perkembangan penanganan pandemi, kita dapat mempersiapkan protokol kesehatan sebelum kembali membuka aktivitas pariwisata.

Praktisi komunikasi perlu menganalisis untuk membedakan antara resiko dari krisis. Dengan begitu kita dapat melihat pesan yang tepat untuk dikomunikasikan. Bagaimana khalayak memandang organisasi kita dalam menyesuaikan kondisi saat ini menjadi tolok ukur citra organisasi kita.

Edukasi pada pelaku bisnis di sektor pariwisata perlu dilakukan. Bidang akademisi perlu terjun untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan pandangan dan saran praktis bagi pelaku pariwisata.

Virtual Tourism juga bisa menjadi pilihan saat ini sebagai bentuk dream building. Hal ini berguna menjaga minat berwisata mereka. Saat ini kita perlu terbuka terhadap perspektif baru yang dapat diterapkan.

Karena ada beberapa hal yang dapat kita adopsi. Perspektif-perspektif lain ini apabila kita adopsi dapat membantu kita dalam melakukan penyesuaian.

Kredibelitas, konsistensi dan kejelasan dalam pesan menjadi kunci komunikasi pariwisata. Dan kolaborasi, partisipatif perlu didorong untuk memberikan informasi tersebut. Penyesuaian-penyesuaian dalam komunikasi pariwisata tersebut, merupakan langkah aktif menuju pemulihan kembali sektor pariwisata. (FA)