News

Kolaborasi Corporate Communications, Marketing Communications, dan Jurnalistik Menyiasati Gayahidup Normal Baru

Jakarta, 18 Juni 2020 – Sinergi antara berbagai institusi dapat menjadi solusi aktif dalam mengatasi perubahan yang terjadi saat ini. Pandemi Covid-19 membuat banyak pihak melakukan penyesuaian dalam beraktivitas. Dalam konteks Hubungan Masyarakat, bagaimana kolaborasi yang terjalin antara stakeholders meningkatkan kualitas hubungan yang dapat berdampak pada kepercayaan. Sehingga topik tersebut menjadi menarik untuk didiskusikan.

Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta berkolaborasi bersama PERHUMAS menyelenggarakan webinar dengan topik, “Kolaborasi Corporate Communications, Marketing Communications, dan Jurnalistik Menyiasati Gayahidup Normal Baru”.

Mengundang sejumlah pakar dalam praktik Corporate Communications, Marketing Communications, & Jurnalistik, webinar kali ini di isi oleh Boy Kelana Soebroto, IAPR, Head of Corporate Communications Astra & Wakil Ketua Umum III PERHUMAS; Arninta Puspitasari, Public Relations, Event, and Sustainability Development Manager Nutrifood; dan Arif Zulkifli, Kepala Pemberitaan TEMPO Media & Anggota Dewan Pers sebagai narasumber.

Turut hadir sebagai pembicara kunci Agung Laksamana, M.Sc., MCIPR, Hon. FAPR sebagai Ketua Umum PERHUMAS dan Dr. Marlinda Irwanti Poernomo, M.Si. sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana USAHID & Dewan Pakar PERHUMAS.

Saat sesi pembicara kunci Agung menyampaikan, pada wawancara eksklusif, Jeff Bezos, CEO Amazon, sempat mendapat pertanyaan, “what’s going to change in the next 10 years?”. Dengan heran dia mengatakan sering sekali mendapatkan pertanyaan seperti itu, namun kenapa tidak pernah ada yang menanyakan sebaliknya ungkapnya. Menurut Jeff, pertanyaan yang lebih penting justru “what’s not going to change in the next 10 years?”, apa yang tidak akan berubah dalam 10 tahun kedepan.

Menurut Agung, yang merujuk kepada Jeff, yang tidak akan berubah adalah keinginan kita terhadap sesuatu yang lebih cepat (faster), lebih murah (cheaper), dan banyak pilihan (options).

“Dalam konteks PR, masyarakat akan tetap selalu menginginkan cerita-cerita petualangan, hubungan yang lebih erat dalam interaksi antar manusia, masyarakat tetap selalu akan menginginkan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, dan menjalani hidup sehat.” ungkap Agung.

Kemudian Agung mengingatkan tentang perkembangan Artificial Intelligence dan Big Data dalam praktik kehumasan. Dengan perkembangan teknologi tersebut, hubungan antara manusia dengan teknologi seharusnya dapat saling menguatkan dan menciptakan efektivitas.

Sehingga seorang praktisi PR harus mengubah mindset untuk dapat beradaptasi, untuk tetap kreatif dan kolaboratif dalam praktik menyampaikan pesan yang semakin terpersonalisasi. Dalam konteks Normalitas baru ini, spirit Adopt, Adapt dan Adept semakin relevan bagi Humas.

Dalam praktik edukasi kehumasan, beberapa penyesuaian pun dilakukan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta. Dr. Marlinda juga sepakan dengan pendekatan Adopt, Adapt dan Adept ini, menurutnya prinsip tersebut juga merupakan strategi Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta dalam penyesuaian terhadap normalitas baru.

“Peran Corporate Communications disebuah korporasi itu adalah untuk menjaga reputasi dan juga citra positif dari perusahaan itu sendiri,” ucap Boy.

Pada kolaborasi antar lembaga, antara korporat dengan media, antara corporate communication dengan jurnalis harus saling menghagai profesi satu sama lain agar kolaborasi dapat menjadi efektif.

“Pada era baru ini ada beberapa yang menjadi perhatian, yaitu humas harus tangkas di masa normal baru ini,” tambah Arninta.

Memberikan arahan yang jelas dari top management terkait perubahan strategi pada semua lini bidang di korporasi. Menyesuaikan kompetensi tim internal dalam berbagai bidang yang berubah signifikan seperti teknologi digital hingga peraturan pemerintah. Meningkatkan kecepatan adaptasi program dengan kondisi target komunikasi dan pemangku kepentingan termasuk media.

Pesan kunci yang relevan adalah kunci keberhasilan dalam melakukan penyesuaian pada masa ini. Pesan organisasi harus konsisten, memberikan perkembangan kondisi masyarakat terkini, bermanfaat dan terdepan, serta kreatif.

Jika kita bicara soal new normal, berarti kita membicarakan masa transisi menuju periode kehidupan yang sudah mengalami penyesuaian. Skeptisnya masyarakat mengenai gagasan normalitas baru ini selalu menjadi perbincangan.

“Bagaimana jurnalis saat ini bekerja dalam masa normalitas baru adalah mengandalkan akurasi dalam pemberitaan,” ungkap Arif.

Mengkonfirmasi fakta merupakan hal fundamental bagi jurnalis, kegiatan ini dilakukan secara digital. Kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan jaringan juga dilakukan media. Ini merupakan bentuk penyesuaian yang dilakukan media dalam normalitas baru.

Menurut Arif, dalam hal kerjasama antara Corporate Communications, Marketing Communications, dan Jurnalistik yang nomor satu yang harus mengikat kita semua adalah keyakinan bahwa publik membutuhkan kredibelitas akan informasi. Dalam hal inilah kolaborasi dapat diperkuat, kebutuhan atas akurasi dan kredibelitas informasi menjadi fondasi hubungan korporasi dengan media.

Kedua, tetap bersama-sama mendukung kebijakan ‘new normal’ atas problematika pandemi Covid-19. Bekerjasama menemukan inspirasi-inspirasi baru untuk masyarakat. Dukungan kepada jurnalisme yang baik selalu mengedepankan tulisan yang inspiratif. (FA)