warta

Dari Bandung Menuju Kancah Dunia, Peta Humas Indonesia

Oleh Agung Laksamana MSc, Ketua Umum BPP Perhumas Indonesia

“Aku kembali ke Bandung dan kepada cintaku yang sesungguhnya” – Bung Karno

Bung Karno akan selalu romantis dengan kota Paris van Java ini.  Sang proklamator Indonesia ini menghabiskan masa kuliah dan besar dengan ide-ide serta pengalaman politik di sini.  Sejarah pergerakan kemerdekaan pun yang didengungkan oleh Bung Karno banyak bermula di Bandung . Dan harus diakui sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang, predikat Kota ini selalu melekat dengan kegiatan intelektual, politik, kesenian dan budaya.

Tidak saja bagi Republik Indonesia serta indentik dengan konferensi Asia Afrika, tapi Bandung juga mempunyai sejarah tersendiri bagi dunia Humas. Selama dua hari, 27-28 Oktober 2016 ini, seluruh praktisi humas berkumpul di kota ini untuk menghadiri Konvensi Nasional Humas (KNH), konvensi terbesar para pemangku kepentingan humas se-Indonesia. Ada beberapa alasan  yang membuat Bandung menjadi  penting bagi dunia Humas.

Pertama, pada tahun 1993 untuk pertama kalinya di kota ini, kode etik Perhumas diluncurkan. Kode etik yang menjadi landasan sikap perilaku praktisi Humas yang  profesional.

Kedua, KNH2016 akan mengangkat tema besar yaitu the Power of Public Relations, membangun Reputasi Indonesia 2030. Konvensi ini akan melihat Indonesia serta peran profesi humas jauh 15 tahun ke depan. Mengapa 2030 menjadi barometer penting bagi profesi humas?

Riset konsultan dunia menunjukkan tahun 2030 adalah tahun keemasan Indonesia.  Kita memiliki semua persyaratan, baik dari keunggulan demografi, kekayaan sumber daya alam, jumlah penduduk yang besar dan produktif, hingga posisi geografis yang strategis.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga melihat potensi besar ini.  “Kita hanya diberi 15 tahun ke depan. Kalau transisi ini berhasil, kita bisa tinggal landas. Kalau tidak, ya kita tinggal di landasan. Negara lain melesat, kita tinggal. Itu semua yang kita tidak mau,” kata Presiden. Hal senada juga diutarakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa Indonesia akan menjadi egara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia pada 2030. Sehingga jika digaris bawahi, Indonesia adalah Magnet dunia.

Seiring dengan potensi besar ini, ekpektasi atas peran Humas akan lebih besar lagi, berperan di tingkat global. Di sinilah peran fungsi Humas dalam mendukung visi 15 tahun ke depan menjadi penting. Praktisi humas harus mempunyai agenda setting dan narasi tunggal ketika berkomunikasi dengan publik dan dunia Internasional. Humas harus mendorong keterlibatan egara dalam mengambil keputusan serta aktif berkomunikasi kepada masyarakat.

Oleh karena itu, KNH2016 ini menjadi penting. Output yang ingin dicapai adalah sebuah roadmap kehumasan Indonesia.  Peta jalan kehumasan untuk membangun reputasi Indonesia di tahun 2030.

Seiring atas tingginya ekspektasi atas profesi Humas ini,  tidak saja sebatas  juru bicara, namun juga harus menjadi mata dan telinga serta peran strategis bagi organisasi dan egara. Profesi Humas mutlak harus terus adaptif dan memiliki skills set di luar kompetensi Humas, bahkan memahami konteks Hukum, Marketing, Sosial-Ekonomi, serta dinamika Politik yang berkembang. Jika meminjam istilah luar, seorang praktisi Humas haruslah menjadi Jack of All Trades.

Harus diakui, Presiden kita adalah sosok yang sangat aktif memakai Humas untuk mengomunikasikan kinerja dan performa Indonesia. Semua ini demi meningkatkan kepercayaan bahwa Indonesia patut diperhitungkan dunia internasional.   Namun, seorang Presiden saja tidaklah cukup!  Kita butuh Humas lebih banyak lagi.

Terinspirasi dari semangat Bandung seperti sang Proklamator utarakan. Kami praktisi Humas kembali ke Bandung untuk membuat sejarah baru Humas.

Oleh karena itu, capaian ketiga yang ingin kita gaungkan dalam KNH2016 adalah deklarasi bersama Hari Humas Indonesia.  Dengan memahami peran fungsi dari profesi ini, akhirnya seluruh rakyat Indonesia akan memahami bahwa kita semua adalah Humas.  Sehingga,jika ada yang bertanya kepada Anda, siapa sebenarnya Humas bangsa ini? Anda harus menjawab Saya! Dan seluruh 255 juta rakyat ini! Kita semua adalah Humas bagi bangsa Indonesia. Marilah kita menjadi humas merah putih untuk Reputasi Indonesia 2030.

Anda siap?

Dari Bandung Menuju Kancah Dunia, Peta Humas Indonesia