News

Ketika Isu Tak Lagi Sekadar Bisik-bisik: PR Harus Bergerak Sebelum Terlambat

Isu adalah alarm sunyi yang tak boleh diabaikan. Itulah pesan yang dibawa oleh Alexander Zulkarnain, Senior VP Marketing Taman Safari Indonesia Group sekaligus pengurus di Bidang Pelatihan Kehumasan Perhumas, dalam sesi Instagram Live Perhumas berkolaborasi dengan 2N PR Navigation bertajuk “Isu vs Krisis: Pahami Bedanya, Siapkan Strateginya!” yang digelar pada 17 Mei 2025.

Dalam siaran langsung ini Alex membedah batas tipis antara isu dan krisis. Menurutnya, isu adalah potensi gangguan yang bisa dikendalikan jika dikelola sejak dini, sementara krisis adalah ledakan yang sudah mempengaruhi reputasi secara nyata. Dalam praktik PR, kesiapan membaca tanda-tanda awal dan membentuk tim pemantau menjadi kunci. “Banyak organisasi gagal bukan karena krisisnya besar, tapi karena lalai membaca isunya,” jelasnya.

Tak hanya teori, Beliau juga membagikan pengalamannya menangani isu dan krisis di dunia nyata. Salah satunya adalah ketika Taman Safari menghadapi tekanan publik karena viralnya video pengunjung yang memberi makan sembarangan pada satwa. “Kalau kita buru-buru bilang itu krisis, bisa salah langkah. Padahal itu baru isu. Kami telusuri, analisis dampak, dan ajak media datang langsung untuk melihat bahwa kami punya SOP yang jelas,” ceritanya. Pendekatan ini menjadi bentuk storydoing dengan melibatkan audiens, bukan sekadar storytelling.

Beliau juga menegaskan pentingnya membentuk tim manajemen isu yang aktif melakukan pemantauan lintas kanal dari sosial media, berita online, sampai laporan pengunjung. “PR zaman sekarang nggak bisa duduk tunggu viral baru gerak. Harus jadi mata dan telinga organisasi,” tegasnya. Menurutnya, kecepatan, konsistensi pesan, dan kedekatan dengan publik menjadi faktor utama dalam merespons krisis secara tepat dan manusiawi.Sejalan dengan kampanye #IndonesiaBicaraBaik, sesi ini mengajak praktisi PR untuk lebih tanggap, strategis, dan humanis dalam mengelola komunikasi. Karena menjaga reputasi bukan sekadar meredam krisis, tapi juga merawat hubungan yang sudah dibangundengan publik, media, hingga pemangku kepentingan.