News

PERHUMAS Lounge “Issues & Risk Management”

Jakarta, 26 Juli 2019 – PERHUMAS Lounge kembali digelar, anggota PERHUMAS kembali berkumpul dalam sebuah forum diskusi. Diskusi yang bertempat di kantor Sekretariat BPP PERHUMAS ini mengangkat topik “Issues & Risk Management”.

Manajemen isu dan risiko secara umum berarti mengorganisir isu dan resiko. Risiko berarti akibat yang kurang menyenangkan (merugikan dan membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan dan isu, yang menunjuk pada kemampuan mengelola isu, khususnya pada saat krisis.

Dalam era disrupsi saat ini, isu dan resiko dapat berkembang dari berbagai hal. Media sosial, customers review dan peliputan investigasi terkait bisnis perusahaan anda.

Belum lama kita disuguhkan mengenai kasus antara Garuda Indonesia dengan pembuat konten youtube. Bagaimana sebuah review mengenai layanan menjadi viral dan mendapat atensi publik yang sangat besar. Banyak yang menyayangkan pendekatan Garuda Indonesia dalam menyelesaikan isu, banyak pula yang menyarankan pendekatan yang lebih baik.

Setelah itu kita juga menyaksikan bagaimana sebuah kendala dalam sistem Bank Mandiri juga mendapat atensi yang besar dan menjadi viral. Publik langsung mengkonsumsi informasi terkait ini dengan cepat, melalui komentar dan menyebar luaskan berita tersebut. Bagaimana perusahaan mengkomunikasikan untuk meredakan isu tersebut bisa dibilang sangat responsif dan jelas.

Lalu kita tarik lebih jauh, ketika facebook menghadapi krisis dimana data pribadi para penggunanya disalah gunakan untuk kepentingan tertentu. Masih jelas dalam ingatan kita ketika mantan karyawan Cambridge Analytica, Christopher Wylie, membeberkan bahwa perusahaannya menggunakan data pengguna facebook untuk membantu berbagai klien mereka. Ketika kasus ini muncul, kita pun baru memahami betapa kuatnya kemampuan AI dalam membaca algoritma sehingga dapat mendorong kita secara tidak sadar untuk melakukan apa yang mereka harapkan. Hal ini mengguncang facebook dan mengharuskan Mark Zuckerberg menghadapi pengadilan untuk meyakinkan publik bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.

Melihat dari contoh kasus tersebut, praktisi humas harus selalu siap dengan segala kemungkinan berkembangnya isu dan datangnya resiko. Melalui pemetaan dan perencanaan strategis mengenai penanganan krisis dari defensif ke akomodatif, adalah cara meminimalisir serangan terhadap reputasi perusahaan. (FA)