News

Diskusi Ilmiah UNIKA Atma Jaya: Bedah Kasus Krisis BUMN, Multi-Perspektif

Tangerang, 23 Agustus 2019 – Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) Atma Jaya meresmikan laboratorium komunikasi di kampus UNIKA Atma Jaya BSD. Dengan diresmikannya laboratorium komunikasi ini, diharapkan dapat meningkatkan praktik serta kreativitas mahasiswa ilmu komunikasi.

Dalam rangkaian acara itu juga dikemas Diskusi Imiah yang mengundang sejumlah pakar untuk berdiskusi mengenai topik “Bedah Kasus Krisis BUMN, Multi-Perspektif”.

Hadir sebagai pembicara Dr. Agustinus Prasetyantoko, Pakar Ekonomi UAJ, Daniel Rembeth, External Relations & Communications Director PwC, Benny S. Butarbutar, Media & Communication Advisor to BOD BULOG, Abdul Manan, Ketua Umum AJI.

Melalui berbagai aspek, dari sisi ekonomi, konsultan, praktisi dan jurnalis, para hadirin diajak untuk menelusuri kembali apa itu krisis, bagaimana bisa terjadi dan cara terbaik menanganinya.

Krisis adalah kejadian besar dengan hasil negatif yang berpotensi memengaruhi organisasi, perusahaan, atau industri, serta publik, produk, layanan, atau nama baiknya. Untuk memahami krisis dan menanganinya, kita perlu memahami bagaimana karakteristik krisis itu sendiri.

Krisis selalu datang didorong oleh paparan media/pemberitaan. Informasi yang kurang memadai tentang fakta relevan terjadi & persepsi publik yang terlanjur terpengaruh. Hal ini dapat menghambat kemampuan manajemen untuk memahami bahwa masalah yang mereka miliki harus cepat direspon.

Untuk itu humas harus memahami peran dan fungsinya. Sebagai praktisi terkadang belum menyadari bahwa mengelola peliputan media hanyalah sebagian kecil dari kegiatan Media Relations.

Membangun relasi dengan media haruslah dengan hubungan yang bersifat profesionalitas. Pahami bagaimana rekan media bekerja akan membantu dalam penyampaian informasi yang mereka butuhkan. Jangan lupa untuk menjadikan media sebagai barometer bagi masyarakat, serta menjadi landasan menentukan keputusan. Membangun relasi dengan media tidak hanya sekedar taktik, namun perlu strategi.

Sudah menjadi kewajiban bagi praktisi humas untuk dapat mengendalikan dan mengelola persepsi. Namun ternyata masih banyak institusi yang tidak memiliki perencanaan pengelolaan krisis. Sebuah studi oleh Steven Fink, menemukan bahwa 89% CEO Perusahaan yang termasuk kedalam Fortune 500 melaporkan bahwa krisis bisnis hampir tidak dapat dihindari, dan 50% diantaranya mengakui bahwa mereka tidak memiliki rencana manajemen krisis. (FA)