Opini

Digital Ecosystem Suatu Keniscayaan

KEMAJUAN teknologi dan masyarakat informasi tidak bisa dihindarkan, yang mana semua bentuk komunikasi dan interaksi, baik dari sisi sosial maupun dunia bisnis, sudah berdasar teknologi. Kondisi ini membangun ekosistem yang sifatnya digital atau digital ecosystem
(DE) yang secara langsung atau tidak langsung sudah memengaruhi pola kehidupan interaksi antarmanusia.

Ekosistem ialah semua yang ada dalam suatu wilayah dan saling memberikan dampak satu dengan lainnya pada wilayah tersebut (Cambridge dictionary). DE ialah bentuk interaksi sosial melalui infrastruktur, seperti software, hardware, dan devices. Seseorang
bisa berbagi informasi secara cepat dan melahirkan virtual community sebagai bentuk komunitas sosial yang muncul di dunia cyber.

Kemudahan akses informasi melalui berbagai media, web, e-mail, news group, dan lainnya membawa perubahan yang cepat juga dalam kehidupan antarmanusia. Manusia tetap sebagai kunci dalam ekosistem digital sehingga teknologi memberikan manfaat besar bagi jaringan sosial dan lingkungan virtual yang terbentuk.

Konsep DE yang relatif baru dan sangat multidisipliner harus dilihat dari berbagai sudut pandang atau perspektif. Secara umum, Wenbi Li
(2012) mengatakan DE ialah komponen digital. Komponen digital merupakan ide yang diekspresikan melalui bahasa, digitalisasikan dan dikirimkan dalam suatu ekosistem yang bisa diproses manusia atau komputer.

Dengan adanya DE membuat institusi lebih cepat mengadopsi teknologi, terbangunnya lingkungan yang terintegrasi memudahkan institusi mengelola sistem operasionalnya dan tentunya mengurangi biaya operasional.

Dunia pendidikan

Keberadaan covid-19 telah mengguncang dunia. Diawali dari Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019, merambat kini masuk ke Indonesia di awal
Maret 2020. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 13A Tahun 2020 tentang perpanjangan status keadaan durat hingga 29 Mei 2020 dan surat edaran No 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-19, yakni salah satu butirnya mengatakan belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Hal itu tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan.

Diperkuat dengan ajakan kuat dari Presiden Jokowi untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Kondisi ini tentu saja banyak memberikan dampak pada dimensi kehidupan manusia, tidak terkecuali bidang Pendidikan, sehingga belajar daring (online) merupakan suatu keniscayaan.

Sistem pembelajaran daring melahirkan ekosistem pembelajaran digital yang merupakan suatu sistem yang terdiri atas orang, isi pesan, teknologi, budaya, dan strategi yang ada di dalam dan di luar organisasi yang berdampak pada pembelajaran, baik secara formal maupun informal (Ryan Eudy, 2018).

Dalam praktiknya, ekosistem pembelajaran digital melibatkan tiga komponen utama, salah satunya regulator. Di dalamnya ada pendidik,
yaitu orang yang berperan dalam proses pendidikan dan pengajaran termasuk keterlibatan pengambil kebijakan.

Dalam menciptakan ekosistem pembelajaran digital, komitmen pengambil kebijakan menjadi modal utama. Kemudian, dalam prosesnya harus diperhatikan masalah konteks yang merupakan aktivitas pembelajaran di dalamnya ada tujuan pembelajaran dan komunitas pembelajarannya.

 

Lalu, teknologi, sebagai sumber pembelajaran digital yang berupa infrastruktur yang tersedia serta kemudahan akses. Ekosistem ini untuk menghasilkan learning outcome dalam empat kemampuan, yaitu pengetahuan, afeksi, perilaku, dan keterampilan.

Solusi di tengah pandemi

Banyak yang beranggapan, menjadi serbadaring hanya perlu menempatkan materi ajar yang sebelumnya tatap muka dipindahkan begitu saja secara daring. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Mengubah modus interaksi juga harus disertai mengubah struktur isi yang akan disampaikan agar isi pesan tersebut lengkap dan dapat dipelajari secara mandiri.

Pada intinya, membuat suatu desain pembelajaran daring harus memahami berbagai disiplin ilmu, di antaranya komunikasi, psikologi, serta teori belajar dan pembelajaran.

Di Indonesia, perguruan tinggi yang sudah siap secara utuh menyelenggarakan pembelajaran daring ialah Universitas Terbuka, yang
memang didirikan pada 1984 untuk menerapkan metode jarak jauh dalam proses pembelajarannya.

Saat ini, sudah banyak perguruan tinggi yang menerapkan pembelajaran daring. Namun, masih pada sebagian mata kuliah dengan menggunakan konsep blended learning yang mencampurkan antara tatap muka dan daring. Kini metode daring sudah merupakan suatu kebutuhan.

Tidak ada yang bisa mengelak, terlebih di saat pandemi covid-19. Ini suatu awal yang dapat mengubah cara pandang atau mindset kita terhadap pendidikan yang berbasis daring. Kreativitas dan produktivitas tetap bisa tercipta melalui daring dan digital ecosystem yang baik dapat tumbuh subur untuk mendukungnya.

 

Penulis : Dian Budiargo, Pemerhati Komunikasi Pendidikan, Dosen Senior Universitas Terbuka, BPP PERHUMAS Anggota Bidang Riset dan Kompetensi

Dimuat pada : Media Indonesia