News

Kerangka Kapabilitas Kerja Global Untuk Hubungan Masyarakat Dan Manajemen Profesi Komunikasi

Jakarta – 28 November 2018, ASEAN Public Relations Network kembali menggelar diskusi panel dengan mengundang berbagai himpunan profesi humas dari PERHUMAS hingga Global Alliance. Pada acara kali ini diskusi panel mengangkat tema besar “Global Capability Framework for Public Relations and Communications Management Profession.” APRN mengundang sejumlah praktisi dari dalam negeri hingga manca negara untuk hadir dan berbagi pengalaman dalam dunia humas kepada hadirin. Acara ini diselenggarakan di Prof. Djajusman Performance Hall LSPR Jakarta.

Turut hadir menyampaikan pandangan sebagai pembicara utama José Manuel Velasco (President of Global Aliance for Public Relations and Communications Management), Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR (President of ASEAN Public Relations Network). Pada pertemuan kali ini PERHUMAS bersama Dr. Nia Sarinastiti, (Marketing & Communications Lead at Accenture) hadir dalam diskusi panel dengan mewakili PERHUMAS sebagai Dewan Kehormatan BPP PERHUMAS.

“Kompetensi yang baik datang dari keperibadian yang baik”, yang disampaikan Prita Kemal Gani dalam pandangannya melihat bagaimana kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh para praktisi dan calon praktisi humas. Melihat tantangan humas kedepan, itu adalah petuah yang bijak, mengingat bagaimana perkembangan industri saat ini seharusnya disikapi atau dihadapi dengan percaya diri. Dalam paparannya beliau juga menyampaikan bahwa ASEAN memiliki potensi yang besar secara cakupan hingga sumber daya manusia.

Dalam perbincangan kunci lainnya yang disampaikan oleh José Manuel Velasco, adalah tentang sikap dan kemampuan humas dalam menghadapi isu pada masa kini. Sejak dahulu kala manusia senang menuliskan pesan pada dinding, dan dewasa kini kita masih melakukannya, pada dinding facebook. Melihat perubahan media komunikasi yang berkembang membuat kita harus lebih bijak lagi dalam menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi merubah perilaku kita dalam berekspresi, untuk itu pengendalian diri sesungguhnya adalah masalah utama pada masa kini. Hal ini pun tak terlepas bagi dunia humas, melihat perkembangan saat ini menjadikan praktisi humas harus berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, baik itu dalam bentuk korporasi ataupun pribadi.

Kemudian José Manuel Velasco, memaparkan lebih dalam lagi dengan menyebutkan bahwa kebohongan adalah ancaman bagi humas. Dewasa kini kebohongan menjadi senjata dalam menciptakan berita palsu atau fake news. Pada masa kini menciptakan fake news semakin mudah dan murah. Namun yang menjadi kekuatan bagi praktisi humas adalah rasa kepercayaan diri. Walaupun rasa percaya diri terkadang suka jatuh akibat terpaan media, sebagai humas kita harus mempertahankan rasa percaya diri tersebut. Rasa percaya diri harus dipupuk setiap saat, hal ini dapat menjadi keunggulan kita saat menghadapi masalah.

Lebih mendalam José Manuel Velasco menjelaskan bahwa sebuah pemikiran yang dangkal apabila kita masih berfikir lebih penting wadah ketimbang isi/konten. Konten pada era kini menjadi sangat penting sebagai kekuatan humas dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya. Pada zaman yang menuntut serba cepat ini kita sebaiknya tidak terlalu buru-buru. Sebagai humas kita perlu menjaga kepentingan korporasi dengan menyeimbangkan tujuan jangka panjang dengan tujuan jangka pendek.

Perkembangan teknologi juga membawa kita kedalam deshumanisasi, dimana sekarang Artificial Intelligence (AI) banyak digunakan dalam mempermudah aktifitas kita. Namun justru ini menjadi peluang bagi humas, karena kita membutuhkan kecerdasan emosional. Ketika terkadang permasalahan seringkali timbul akibat kecerobohan diri sendiri, pada saat itulah kecerdasan emosional kita menentukan bagaimana kita menyikapi masalah dan keluar darinya. Sikap yang perlu kita miliki dalam menghadapi tantangan adalah rendah diri serta berani, komunikatif serta kreatif, memiliki tujuan yang jelas, dan selalu mencari keaslian dalam berkarya.

Kerangka Kapabilitas Kerja Global sesungguhnya untuk semua orang diseluruh belahan dunia. Namun agar kerangka tersebut dapat dijalankan dengan baik kita perlu standarisasi yang jelas. “Dengan program sertifikasi kita dapat menwujudkan Kerangka Kapabilitas Kerja tersebut”, ucap Nia Sarinastiti dalam sesi yang membahas “Bagaimana kerangka seperti itu dapat menjadi nilai praktis untuk pengembangan profesional di tingkat individu, nasional, regional dan global?”. Lebih lanjut beliau menyampaikan, ”Di PERHUMAS kami bekerja sama dengan LSPPRI untuk mencapai Humas Indonesia yang memiliki Kapabilitas dengan Program Sertifikat, karena program ini memiliki pengetahuan tambahan untuk pengembangan diri Anda sendiri.” lanjut Nia.

Kerangka Kapabilitas Kerja Global tidak terdapat di setiap negara, dan tidak semua negara dapat menggunakan itu. Kita seharusnya mencari inspirasi, dengan melihat bagaimana industri berubah, kita membutuhkan kerangka kerja untuk bekerja dengan teknologi saat ini. Disampaikan juga dalam diskusi panel tersebut bahwa perlu untuk tetap mempertahankan wawasan budaya lokal dalam kerangka tersebut, yang kemudian menjadi alat sebagai implementasi dalam kegiatan sehari-hari. Kunci permasalahan pada zaman ini adalah bagaimana kita memahami segalanya yang terjadi dalam ruang lingkup kita. Pada penghujung sesi Nia Sarinastiti mengingatkan hadirin untuk datang menghadiri Konvensi Nasional Humas 2018 yang akan membahas era baru dalam dunia perhumasan, khususnya Humas Indonesia dengan sebutan HUMAS 4.0. (FA)