Yogyakarta, 3 September 2015 – Beberapa waktu belakangan ini, dinamika industri energi dan tambang di Indonesia sangat tinggi. Industri energi dan tambang didera oleh berbaga macam permasalahan, mulai dari masalah harga energi dan hasil tambang yang membuat bisnis menjadi melambat, masalah pelanggaran kode etik dan korupsi, hingga masalah tumpang tindih kebijakan yang merupakan masalah klasik industri ini. Belum lagi dinamika lansekap politik di Indonesia yang sedikit banyak juga memberi imbas kepada bisnis dan investasi, dan pada akhirnya berdampak kepada kesinambungan bisnis itu (business sustainability).
Memang disadari, bahwa sebagian besar permasalahan yang terjadi adalah isu struktural bisnis, bukan isu kehumasan. Namun demikian tidak berarti fungsi kehumasan bisa tinggal diam. Karena banyak hal dapat dilakukan fungsi kehumasan untuk membantu, paling tidak dalam meningkatkan pemahaman masyarakat luas, tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Sehingga, sekarang adalah waktunya bagi para pelaku industri memformulasikan strategi komunikasi yang efektif untuk meng-“engage” para pemangku kepentingannya, yang pada akhirnya dapat mendukung iklim industri yang sehat dan bertumbuh.
Bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta acara Acara PR Energy Summit ini dihadiri oleh para pembicara dan praktisi PR serta acara ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum PERHUMAS yaitu Bapak Agung Laksamana sekaligus menjadi pembicara. Dalam acara tersebut Ketua Umum PERHUMAS menyampaikan materi Penguatan Fungsi Kehumasan Sebagai Kunci Perubahan Dalam Industri Yang Dinamis.
Secara umum, pertemuan nasional ini diselenggarakan dengan tujuan agar para peserta mengetahui bagaimana peta industri saat ini, kemana arah pemerintahan selanjutnya, dimana posisi mereka saat ini dan apa yang dapat dilakukan dari sisi komunikasi dan kehumasan untuk dapat mengimbangi dinamika terkini dalam dunia industri energi dan tambang.
